Minggu, 24 Juli 2011

Bimbingan dan Konseling Keluarga

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Pada dasarnya setiap manusia mendambakan hubungan keluarga yang harmonis karena hal ini sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup (Bambang, 2000 :52). Setiap keluarga selalu mendambakan terciptanya keluarga bahagia dan tidak jarang setiap keluarga mengusahakan kebahagiaan dengan berbagai jalan dan upaya. Bahkan mereka menempa anak-anaknya agar mampumempersiapkan diri dalam membentuk kehidupan dalam berkeluarga yang bahagia, sesuai dengan apa yang didambakan orang tuanya.
Meniti pada hal tersebut, maka perlu adanya perluasan layanan utamanya pada layanan bimbingan dan konseling keluarga sebagai salah satu teknik peberian bantuan yang diberikan konselor kepada anggota-anggota keluarganya yang bermasalah, dengan tujuan agar mereka dapat memecahka sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi, yang pada gilirannya anggota-anggota keluarga tersebut dapat kembali menjadi well adjusted person dan keluarga sebagai suatu system social kembali menjadi harmonis dan fungsional. (Mahmud, A dan Sunarty, K. 2006: 7).
Berdasar pada keinginan dasar manusia untuk mencapai keluarga yang harmonis, maka penulis berusaha mendeskripsikan bimbingan dan konseling keluarga serta bagaimana keluarga bahagia itu.

B. Rumusan Masalah.
Pada makalah ini kami akan membahas beberapa hal mengenai Keluarga Bahagia, antara lain :
1. Pengertian keluarga
2. Fungsi keluarga
3. Asumsi dasar bimbingan dan keluarga
4. Tujuan bimbingan dan konseling keluarga
5. Pengertian kepribadian Keluarga Bahagia
6. Ciri-ciri Keluargan Bahagia
7. Kendala-kendala dalam mencapai Keluaraga Bahagia
8. Faktor-faktor penentu Keluarga Bahagia
C. Tujuan penulisan
Dalam penulisaan makalah ini, kami mempunyai tujuan antara lain :
a. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Bimbingan dan Konseling Keluarga”.
b. Memperluas wawasan mengenai Keluarga.
c. Mengetahui perkembangan Keluarga Bahagia.
d. Mengetahui hakikat Keluarga Bahagia.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keluarga
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.
Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa menurut beliau keluarga merupakan manifestasi daripada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri.
Dhurkeim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan.
Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Sehingga keluarga itu terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Keluarga Kecil atau “Nuclear Family”
Keluarga inti adalah unit keluarga yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak mereka; yang kadang-kadang disebut juga sebagai “conjugal”-family.
b. Keluarga Besar “Extended Family”
Keluarga besar didasarkan pada hubungan darah dari sejumlah besar orang, yang meliputi orang tua, anak, kakek-nenek, paman, bibi, kemenekan, dan seterusnya. Unit keluarga ini sering disebut sebagai ‘conguine family’ (berdasarkan pertalian darah).
Adapun konsep dasar dari pelayanan konseling keluarga adalah untuk membantu keluarga menjadi bahagia dan sejahtera dalam mencapai kehidupan efektif sehari-hari. Konseling keluarga merupakan suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang sehingga semua anggota keluarga bahagia.
Ikatan bathin merupakan ikatan yang bersifat psikologis. Maksudnya diantara suami dan istri harus saling mencintai satu sama lain, tidak ada paksaan dalam menjalani perkawinan. Kedua ikatan, yaitu ikatan lahir dan bathin merupakan tuntutan dalam perkawinan yang sangat mempengaruhi keutuhan sebuah keluarga. Tipe keluarga yang umumnya dikenal adalah dua tipe, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga yang diperluas (extended family). Beberapa karakteristik keluarga bahagia yang menjadi tujuan dari konseling keluarga antara lain: (1) menunjukkan penyesuaian yang tinggi, (2) menunjukkan kerja sama yang tinggi, (3) mengekspresikan perasaan cinta kasih sayang, altruistik dan teman sejati dengan sikap dan kata-kata (terbuka), (4) tujuan keluarga difokuskan kepada kebahagiaan anggota keluarga, (5) menunjukkan komunikasi yang terbuka, sopan, dan positif, (6) menunjukkan budaya saling menghargai dan memuji, (7) menunjukkan budaya saling membagi, (8) kedua pasangan menampilkan emosi yang stabil, suka memperhatikan kebutuhan orang lain, suka mengalah, ramah, percaya diri, penilaian diri yang tinggi, dan (9) komunikasi terbuka dan positif.
Pada umumnya masalah-masalah yang muncul dalam keluarga adalah berkenaan dengan: (1) masalah hubungan sosial-emosional antar anggota keluarga, (2) masalah hubungan antar keluarga, (3) masalah ekonomi, (4) masalah pekerjaan, (5) masalah pendidikan, (6) masalah kesehatan, (7) masalah seks, dan (8) masalah keyakinan atau agama.
B. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi – fungsi Keluarga.
a. Pengertian Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
b. Macam-macam Fungsi Keluarga.
Pekerjaan – pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan/ dirinci ke dalam beberapa fungsi, yaitu:
1) Fungsi Biologis
Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang-orang tua bagi anak anaknya dapat berbentuk antara lain pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami isteri, pengetahuan untuk mengurus rumah tangga bagi ang isteri, tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara pendidikan bagi anak-anak dan lain-lain. Setiap manusia pada hakiaktnya terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan hidup keturunannya, melalui perkawinan.


2) Fungsi Pemeliharaan.
Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari gangguan-gangguan.
3) Fungsi Ekonomi
Keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan pokok manusia, yaitu:
a) Kebutuhan makan dan minum.
b) Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya
c) Kebutuhan tempat tinggal.
Berhubungan dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.
4) Fungsi Keagamaan
Keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
5) Fungsi Sosial.
Dengan fungsi ini kebudayaan yang diwariskan itu adalah kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua, yaitu ayah dan ibu, diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik burukna perbuatan dan lain-lain.
Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-perananyang diharapkan akan mereka jalankan keak bila dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang disebut dengan istilah sosialisasi.
Dalam buku Ilmu Sosial Dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara, dikatakan bahwa fungsi-fungsi keluarga meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a) Pembentukan kepribadian.
b) Sebagai alat reproduksi.
c) Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat.
d) Sebagai lembaga perkumpulan perekonomian.
e) Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan.
Keberadaan sebuah keluarga pada hakikatnya untuk memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut : (1) fungsi kasih sayang, yaitu memberikan cinta erotik, cinta kasih sayang, cinta altruistik, dan cinta teman sejati, (2) fungsi ekonomi, (3) fungsi status, (4) fungsi pendidikan, (5) fungsi perlindungan, (6) fungsi keagamaan, (7) fungsi rekreasi, dan (8) fungsi pengaturan seks.
C. Asumsi Dasar Konseling Keluarga
Adapun inti dari pelaksanaan konseling keluarga sebagai salah satu layanan profesional dari seorang konselor didasari oleh asumsi dasar sebagai berikut:
1. Terjadinya perasaan kecewa, tertekan atau sakitnya seorang anggota keluarga bukan hanya disebabkan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh interaksi yang tidak sehat dengan anggota keluarga yang lain.
2. Ketidak tahuan individu dalam keluarga tentang peranannya dalam menjalani kehidupan keluarga.
3. Situasi hubungan suami-isteri dan antar keluarga lainya.
4. Penyesuaian diri yang kurang sempurna dalam sebuah keluarga sangat mempengaruhi situasi psikologis dalam keluarga.
5. Konseling keluarga diharapkan mampu membantu keluarga mencapai penyesuaian diri yang tinggi diantara seluruh anggota keluarga.
6. Interaksi kedua orang tua sangat mempengaruhi hubungan semua anggota keluarga. Hal ini dikemukakan oleh Perez (1979) menyatakan sebagai berikut:
Family therapi is an interactive proses which seeks to aid the family in regainnga homeostatic balance with all the members are confortable.
Dari definisi di atas konseling keluarga merupakan suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang sehingga semua anggota keluarga bahagia.
Ini berarti bahwa sebuah keluarga membutuhkan pendekatan yang beragam untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh anggota keluarga. Rumusan di atas memuat dua implikasi yaitu; terganggunya kondisi seorang anggota keluarga merupakan hasil adaptasi/interaksi terhadap lingkungan yang sakit yang diciptakan didalam keluarga. Kedua, seorang anggota keluarga yang mengalami gangguan emosional akan mempengaruhi suasana dan interaksi anggota keluarga yang lain, sehingga diupayakan pemberian bantuan melalui konseling keluarga. Terlaksananya konseling keluarga akan membantu anggota keluarga mencapai keseimbangan psiko dan psikis sehingga terwujudnya rasa bahagia dan kenyamanan bagi semua anggota keluarga.
D. Tujuan Konseling Keluarga
Tujuan dari konseling keluarga pada hakikatnya merupakan layanan yang bersifat profesional yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota keluarga.
2. Membantu anggota keluarga dapat menerima kenyataan bahwa bila salah satu anggota keluarga mengalami masalah, dia akan dapat memberikan pengaruh, baik pada persepsi, harapan, maupun interaksi dengan anggota keluarga yang lain.
3. Upaya melaksanakan konseling keluarga kepada anggota keluarga dapat mengupayakan tumbuh dan berkembang suatu keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga.
4. Mengembangkan rasa penghargaan diri dari seluruh anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain.
5. Membantu anggota keluarga mencapai kesehatan fisik agar fungsi keluarga menjadi maksimal.
6. Membantu individu keluarga yang dalam keadaan sadar tentang kondisi dirinya yang bermasalah, untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang dirinya sendiri dan nasibnya sehubungan dengan kehidupan keluarganya.
Agar mampu mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, maka seorang konselor keluarga hendaknya memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memiliki kemampuan berfikir cerdas, berwawasan yang luas, serta komunikasi yang tangkas dengan penerapan moral yang laras dengan penerapan teknik-teknik konseling yang tangkas
2. Etika professional, yakni kemampuan memahami dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah pelayanan konseling yang dipadukan dalam hubungan pelayanan konseling terhadap anggota keluarga.
3. Terlatih dan terampil dalam melaksanakan konseling keluarga.
4. Mampu menampilkan ciri-ciri karakter dan kepribadian untuk menangani interaksi yang kompleks pasangan yang sedang konflik dan mendapatkan latihan untuk memiliki keterampilan khusus.
5. Memiliki pengetahuan yang logis tentang hakikat keluarga den kehidupan berkeluarga.
6. Memiliki jiwa yang terbuka dan fleksibel dalam melaksanakan konseling keluarga.
7. Harus obyektif setiap saat dalam menelaah dan menganalisa masalah.
E. Pengertian Keluarga Bahagia
Keluarga bahagia adalah identik dengan keluarga yang harmonis sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup (Bambang, 2000 :52). Setiap keluarga selalu mendambakan terciptanya keluarga bahagia dan tidak jarang setiap keluarga mengusahakan kebahagiaan dengan berbagai jalan dan upaya. Bahkan mereka menempa anak-anaknya agar mampumempersiapkan diri dalam membentuk kehidupan dalam berkeluarga yang bahagia, sesuai dengan apa yang didambakan orang tuanya.
Keluarga bahagia dan sejahtera adalah tujuan dan sekaligus harapan ideal sebuah keluarga Indonesia. Kata bahagia selalu dikaitkan dengan aspek psikologis dan ukuran-ukuran perasaan yang paling dalam. Sementara kata sejahtera dikaitkan dengan keluarga yag cukup dalam pemenuhan kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan. Keadaan cukup tentu bersifat relatif, tetapi di dalamnya terkandung makna mampu memenuhi kebutuhan minimal, sehingga keadaan seperti itu dapat menciptakan suasana dalam keluarga tenang. Bahagia dan sejahtera dalam konteks keluarga seolah-olah mengandung pengertian tunggal, karena menggambarkan adanya situasi seimbang antara suasana batin (rohani) dan suasana lahir (jasmani). Singkat kata, sebuah keluarga belum disebut bahagia jika hanya berkecukupan harta benda, namun tidak menikmati suasana batin yang baik.
Di samping itu kelurga bahagia akan terealisasikan apabila kebutuhan-kebutuhn setiap individu di dalam keluarga terpenuhi sebagai kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan individu ada dua jenis yaitu :
1. Kebutuhan Biologis.
Kebutuhan biologis adalah kebutuhan akan sandang, pangan, papan, seks serta aspek-aspek yang lainnya yang merupakan pemenuhn kebutahan fisik setiap individu lainnya.

2. Kebutuhan Sosiologos/Psikologi.
Kebutuhan sosiopsychis adalah kebutuhan akan harga diri, rasa aman, tentram, kebutuhan religius, kebutuhan akan keindahan, rasa kebebasan, rasa mengenal, rasa sukses.
Kebahagiaan sebagai tujuan pembentukan keluarga merupakan ikitan jiwa seseorang suami dan istri dalam lingkungan keluarga dipengaruhi dan pengabdia tulus diantara mereka, memberikan pancaran kesucian tertentu dan nilaisangant tingi kepada kehidupan keluarga.
F. Ciri-Ciri Keluarga Bahagia
Keluarga yang di Idealkan oleh manuasia adalah keuarga yang memiliki mental sehat demikian : sakinah (perasaan tenang), mawaddah (cinta), dan ramah (kasih sayang). Antar keluarga saling menyayangi dan merindukan. Sang Ayah menyayangi, mencintai dan merindukan anak dan Ibu dari Anak-anaknya. Sang Ibu mencintai dan merindukan anak-anak dai Ayahnya. Sang anakpun demikian mencintai, merindukan Ayah dan Ibunya. Dengan demikian diantara mereka terdapat suatu kesatuan (unity) terhadap yang lain. Ciri-ciri pola hubungan yang melekat pada keluarga yang bahagia adalah (1) Kesatuan dengan Sang Pencipta . (2) kesatuan dengan alam semesta (3) komitmen (4) tausiyah dan feedback (5) keluesan (6) kesatuan fisik (7) dan hunbungan seks yang sehat (8) bekerjasama (9) saling percaya dan lain-lain.
Menurut Danuri (1999:19) ciriciri keluarga bahagia diantaranya :
1. Adanya ketenangan jiwa yang dilandasi oleh ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Hubungan yang harmonis antara individu dengan individu lain dalam keluarga dan masyarakat.
3. Terjamin kesehatan jasmani, rohani, dan sosial.
4. Cukup sandang, pangan, dan papan.
5. Adanya jaminan hukum terutama hak azasi manusia.
6. Tersedianya pelayanan pendidikan yang wajar.
7. Ada jaminan di hari tua, sehingga tidak perlu khawatir terlantar di masa depan.
8. Tersediaanya fasilitas rekreasi yang wajar.
G. Faktor-Faktor Penentu Kebahagiaan Rumah Tangga
Menurut Singgih D. Gunarso (1999:67) faktor-faktor yang harus di penuhi demi terciptannya keluarga bahagia adalah:
1. Perhatian.
Perhatian dapat diartikan sebagai menaruh hati. Menaruh hati pada seluruh anggota keluarga adalah pokok hubungan yang baik diantara para anggota keluarga. Menaruh hati terhadap kejadian dan peristiwa di dala keluarga, berarti mengikuti dan memperhatikan perkembangan seluruh keluarganya, lebih jauh lagi orang tua harus mengarhakan perhatiannya untuk mencari lebih mendalam sebab dan sumber permasalahanyang terjadi di dalam keluarga dan perlu juga memperhatikan juga terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap anggota keluarga.


2. Penambahan pengetahuan
Mencari pengetahuan dan menambah oengetahuan bukan monopoli siswa-siswi atau mahasiswa saja. Dalam keluarga, baik orang tua maupun anak harus menambang pengetahuan tanpa henti-hentinya. Di luar, mereka menarik pelajaran dan inti dari segala yang dilihat dan dialaminya. Lebih penting lagi ialah usaha mengetahui mereka yang lebih dekat yakni seluruh keluarga anggota keluarga. Biasanya kita lebih cenderung untuk memperhatikan kejadian-kejadian di luar rumah tangga, sehingga kejadian-kejadian di rumah terdesak denga kemungkinan timbulnya akibat-akibat yang tidak di sangka-sangka, karena kelalaian kita. Mengetahui setiap perubahan di dalm keluarga dan perubahan anggota keluarga berarti mengikuti perkembangan setiap anggota.
3. Pengenalan diri.
Dengan pengetahuan yangberkembang terus sepanjang hidup, maka usaha-usaha pengenalan diri akan dapat dicapai. Pengenalan diri setiap anggota berarti juga pengenalan diri sendiri. Anak-anak biasanya belum mengadakan pengenalan diri dan baru akan mencapainya dalam bimbingan dalam keluarganya, setelah anak banyak pergi keluar rumah, di mana lingkungan lebih luas, pandangan dan pengetahuan diri mengenai kemampuan-kemampuan, kesanggupan-kesanggupan dan sebagainya akan menambah pengenalan dirinya. Pengenalan yang baik akan memupuk pula pengertian-pengertian.

4. Pengertian
Apabila pengetahuan dan pengenalan diri sudah tercapai, ,aka lebih mudah menyoroti semua kejadian-kejadian atau peristiwayang terjadi di dalam keluarga. Masalah-masalah lebih mudah di atasi apabila latar belakang kejadian dapat terungkap. Dengan adanya pengertian dari setiap anggota keluarga, maka akan mengurangi timbulnya masalah di dalam keluarga.
5. Sikap menerima
Sikap menerima setiap anggota keluarga sebagai langkah kelanjutan pengertian, berarti segala kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya, ia harus mendapat tempat di dalam keluarga.
6. Peningkatan usaha
Setelah setiap anggota di terima dengan segala kekurangan dan kemampuannya sebagai anggota keluarga penuh yang menduduki tempatnya masing-masing dalam keluarga, perlu adanya peningkatan usaha. Peningkatan usaha ini perlu di lakukan dengan mengembangkan setiap aspek dari anggota keluarganya secara optimal. Peningkatan usaha ini perlu agar tidak terjadi keadaan yang statis dan membosankan. Peningkatan usaha di sesuaikan dengan setiap kemapuan baik materi dari pihak orang tua maupun anak.
H. Kendala-Kendala Dalam Mencapai Kebahagiaan Keluarga
Kendala dalam mencapai kebahagiaan keluarga diantaranya adalah hubungan antara suami istri yang tidak harmonis, adanya sikap acuh tak acuh terhadap anggota keluarga, tdak adanya suatu usaha untuk peningkatan kualitas hidup, sikap tidak saling menerima, tidak perhatian.

BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Adapun konsep dasar dari pelayanan konseling keluarga adalah untuk membantu keluarga menjadi bahagia dan sejahtera dalam mencapai kehidupan efektif sehari-hari. Konseling keluarga merupakan suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang sehingga semua anggota keluarga bahagia.
2. Fungsi-fungsi keluarga yaitu Fungsi biologis, Fugsi pemeliharaan, Fungsi ekonomi, Fungsi keagamaan, dan Fungsi social.
3. Keluarga bahagia adalah identik dengan keluarga yang harmonis sangat kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup (Bambang, 2000 :52).
4. Ciri-ciri pola hubungan yang melekat pada keluarga yang bahagia adalah (1) Kesatuan dengan Sang Pencipta . (2) kesatuan dengan alam semesta (3) komitmen (4) tausiyah dan feedback (5) keluesan (6) kesatuan fisik (7) dan hunbungan seks yang sehat (8) bekerjasama (9) saling percaya dan lain-lain.
5. Kendala dalam mencapai kebahagiaan keluarga diantaranya adalah hubungan antara suami istri yang tidak harmonis, adanya sikap acuh tak acuh terhadap anggota keluarga, tidak adanya suatu usaha untuk peningkatan kualitas hidup, sikap tidak saling menerima, tidak perhatian.

DAFTAR PUSTAKA
Ifdil. 2007. Kerangka Konseptual Konseling Pemuda dan Keluarga. (online). info@konselingindonesia.com. Diakses tanggal 13 Juli 2011.
Lukito, Budi. 2011. Keluarga Bahagia. (online). http://budilukito.blogspot.com. Diakses tanggal 13 Juli 2011.
Mahmud, Alimuddin dan Sunarty, Kustiah. 2006. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Keluarga. Makassar: Samudra Alif-MIM.
Susanto, Eko. 2008. Bimbingan Konseling Keluarga. (online). htttp://konselingcentreindonesia.blogspot.com. diakses tanggal 13 Juli 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar